Sabtu, 13 Oktober 2012

MEDIA BARU ( NEW MEDIA ) DAN AMERIKA SERIKAT


Istilah media baru (new media) muncul pada akhir abad ke-20. Media baru (new media) adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan peleburan media tradisional, seperti film, gambar, musik, lisan dan tertulis kata, dengan kekuatan interaktif dari komputer dan teknologi komunikasi. Perangkat pendukung yang paling penting dalam new media adalah jaringan internet. New media memungkinkan kita untuk mengakses konten apapun, kapan saja, di mana saja, dan dari perangkat digital apapun. Bahkan melalui new media kita bisa mengetahui berbagai berita terbaru dari negara-negara lainnya di dunia hanya dalam hitungan detik.
Produk dari new media antara lain adalah Facebook, Twitter, Blog, YouTube, Yahoo!, Android, dan Blackberry Messanger (BBM). Facebook merupakan salah satu produk new media yang paling populer di kalangan masyarakat. Facebook merupakan sebuah jejaring sosial yang diciptakan oleh Mark Zuckerberg. Mark Zuckerberg mungkin tidak pernah menyangka bahwa Facebook yang ia ciptakan pada akhir tahun 2003  akan mengubah keadaan hubungan sosial manusia secara total. Ia menciptakan Facebook pada awalnya hanya karena ia merasa jenuh dengan lingkungan sekitarnya. Ia merupakan seorang mahasiswa di Universitas Harvard, Amerika Serikat yang anti-sosial, jarang bergaul dengan banyak orang, dan lebih sibuk menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputernya. Sifat egosentrisme yang dimilikinya ini bahkan membuat sang pacar meninggalkannya.
Kegalauannya itu ternyata ia terjemahkan dengan cara yang luar biasa. Dampaknya pun tidak main-main, bukan hanya di kampusnya tetapi menyebar ke seluruh dunia. Facebook menjadi pondasi perubahan besar-besaran dalam hubungan antar manusia. Tidak hanya itu, Facebook dan media sosial lainnya seperti Twitter, blog, media online interaktif kemudian menjelma menjadi sebuah alat yang menginisiasi berbagai perubahan sosial politik di dunia. Sekadar mengambil contoh berbagai revolusi yang digalang media sosial; Orange revolution tahun 2004 di Ukraina, Revolusi Moldova 2009, Pergolakan pasca pemilu di Iran 2010, sampai revolusi di Mesir dan beberapa negara di Timur Tengah 2011.
Selain menginisiasi berbagai perubahan sosial politik, sosial media juga berperan dalam transformasi kebudayaan. Contoh konkretnya adalah yang dilakukan oleh John Lennon. John Lennon adalah seorang musisi ternama, penulis, sekaligus aktivis perdamaian asal Inggris, namun ia menghembuskan nafas terakhirnya di kota New York, Amerika Serikat. Anggota sekaligus pendiri grup band The Beatles ini, mulai memberikan pengaruh mengenai perdamaian dan aksi-aksi sosial ketika ia mulai bersolo karier. Salah satu kasus yang membuat John Lennon tergugah untuk berpartisipasi dalam membuat perubahan melalui media sosial adalah kasus konflik perang Vietnam. Dalam kasus tersebut, John Lennon turut campur dan ikut merubah dunia. Semuanya dilakukan melalui media sosial.
Dalam karya lagu-lagunya, seperti “give peace a chance”, “power to the people”, John Lennon mengungkap tentang kebebasan dan perdamaian. Begitu besar peran seorang John Lennon dalam penyebaran nilai-nilai perdamaian. Hanya dengan menggunakan media seni dan media tulis, ia dapat mempengaruhi banyak orang dan ikut mengubah keadaan dunia. Ia mencetuskan aksi yang bernama “Bed-In for Peace” di Hilton Hotel Amsterdam, yaitu memprotes perang dengan cara berdiam di atas kasur bersama istrinya selama tujuh hari. Dia mengatakan bahwa baginya lebih baik berdiam di kasur daripada ia harus ikut perang. Media kemudian menyorot aksinya ini dan secara otomatis aksi ini memberikan pengaruh kepada khalayak mengenai perdamaian. Menurut John Lennon dan istrinya, Yoko Ono, “Bed-In” ini cara terbaik untuk memprotes kekerasan dan memperoleh perdamaian. Mereka kemudian melanjutkan aksi “Bed-In” di Montreal Hotel, Kanada.
John Lennon berhasil menyampaikan aspirasinya sekaligus mempengaruhi masyarakat melalui media seni, yaitu lagu. Melalui lagu “give peace a chance”, John Lennon mengungkapkan tentang bagaimana memberikan kesempatan pada perdamaian. Lagu itu turut memberikan kontribusi bagi lahirnya gerakan anti perang nasional. Ribuan orang berdemo pada Richard Nixon dengan menggunakan lagu itu, mengangkat tangannya, dan kemudian lagu tersebut menjadi lagu nasional untuk gerakan anti perang.
New media sangat diperlukan dalam membantu pelaksanaan aksi-aksi sosial di masa kini karena belum maksimalnya penggunaan media-media konvensional untuk tujuan menjalankan aksi sosial. Indonesia tentu membutuhkan tokoh seperti John Lennon yang memberdayakan new media (dalam hal ini media sosial) untuk melakukan pergerakan sosial yang berdampak pada terjadinya perubahan di sektor tertentu.
Media seni dan media internet seharusnya memiliki hubungan yang erat. Media seni merupakan media yang paling instan, terutama melalui syair lagu. Dalam hal ini, tokoh idola sangat berperan dalam menciptakan tema lagu yang bisa menggugah masyarakat menuju gerakan perubahan. Contohnya lagu mengenai cinta, perdamaian, kasih sayang, persahabatan, dll. Ketika para idola menyanyikan sebuah lagu mengenai suatu tema tertentu, maka secara tidak langsung akan merangsang alam bawah sadar orang-orang yang mendengarkannya, meskipun mereka tidak sengaja mendengarkan lagu tersebut. Inilah yang kemudian menyebabkan penyebaran nilai melalui lagu sebagai media seni jauh lebih cepat dampaknya dibandingkan dengan menyampaikannya melalui media cetak.
Internet sangat diperlukan pemberdayaannya untuk mencakup seni atau budaya ke dalamnya. Disinilah akan terlihat adanya hubungan antara media seni dengan media internet. Kedua media tersebut harus diberdayakan, sebab pada masa sekarang media seni kurang diperhatikan fungsinya secara baik oleh masyarakat. Padahal nilai-nilai tertentu dapat dengan mudah ditanamkan, dan aksi-aksi sosial akan dengan mudah disosialisasikan melalui karya-karya seni yang dapat secara mudah diterima oleh masyarakat. Kesinambungan antara media seni dan media internet akan menjadi suatu reinkarnasi bagi karya-karya seni, untuk bangkit kembali dalam menjalankan fungsi-fungsinya, baik fungsi-fungsi sosial maupun fungsi-fungsi di bidang lainnya.
Dalam kaitannya dengan negara Amerika Serikat, new media juga berperan dalam mempromosikan dan menyebarkan kebudayaan yang dimiliki oleh Amerika Serikat kepada negara-negara lain di dunia. Contohnya adalah didirikannya pusat kebudayaan Amerika di Indonesia yang diberi nama @America yang berada di bawah naungan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia (Embassy of The United States of America in Indonesia). @America menyebarkan informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang akan diselenggarakannya melalui berbagai media sosial, seperti facebook, twitter, dan blog. Selain kegiatan-kegiatan menarik yang diadakan dengan tema berbeda setiap harinya, di @America kita juga bisa menggali banyak informasi mengenai negara tersebut.
Selain itu, ada beberapa acara menarik yang pernah dibuat oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia, khususnya bagian hubungan masyarakat (The Public Affairs Section) yang terkait dengan new media. Acara tersebut antara lain adalah Indonesia Young Netizen Day (IYND) 2011 yang diselenggarakan di @America, dan beasiswa Study of The United States Institute (SUSI) for Student Leaders on New Media in Journalism pada tahun 2011 yang diselenggarakan di Ball Sate University. Kedua acara ini memberikan pengaruh yang besar, terutama kepada anak muda, untuk terlibat secara aktif dalam pemberdayaan new media demi menyikapi perkembangan dunia yang semakin mengglobal.
Indonesia Young Netizen Day (IYND) 2011 merupakan sebuah kegiatan yang diadakan oleh para alumni SUSI for Student Leaders on New Media in Journalism 2011. IYND 2011 terdiri dari dua rangkaian acara, yaitu kegiatan seminar dan writing competition. Rangkaian acara yang pertama yaitu seminar yang diadakan pada tanggal 1 Oktober 2011. Kegiatan seminar selama satu hari ini membahas tentang perkembangan media baru dan kaitannya dengan peranan pemuda di Indonesia. Sebanyak  100 pemuda dari wilayah Jabodetabek dan Bandung berpartisipasi dalam kegiatan ini, dan saya merupakan salah satu peserta terpilih yang termasuk di dalamnya. Tema acara ini adalah "The Use of Social Media Tools to Promote Social Change". Melalui tema ini, IYND akan mengajak pemuda Indonesia pada khususnya untuk menjadi warga pengguna internet yang bertanggungjawab (responsible netizen) dan memulai pemanfaatan sosial media sebagai alat perubahan sosial di Indonesia.
Seminar ini terbagi menjadi dua sesi. Sesi pertama bertemakan “How to be a responsible netizen”. Sesi ini diisi oleh Wisnu Martha Adiputra dan Enda Nasution. Dalam sesi ini, diberikan penjelasan tentang new media dan konsekuensi sosial yang dimilikinya dan hubungannya dengan "hak dan kewajiban" yang harus disadari para penggunanya. Pembahasan dalam sesi ini dikemas melalui contoh-contoh kasus pelanggaran UU ITE (Informasi dan Transfer Elektronik), dan digital literacy. Kemudia, dalam sesi ini juga peserta diberikan pengetahuan tentang fakta dan kondisi sosial media di Indonesia pasca munculnya New Media. Peserta dibekali dengan pengetahuan tentang etika bersosial media, sehingga bisa diimplementasikan dalam kehidupan sosial media peserta sehari-hari.
Sesi kedua bertemakan “How to use social media tools to promote social change”. Sesi ini diisi oleh Iman Usman dan pihak Bantu Indonesia. Masing-masing speaker membagikan pengalaman tentang bagaimana cara mereka memanfaatkan sosial media dalam mendukung gerakan sosial mereka. Hal ini kemudian diharapkan dapat memotivasi peserta yang merupakan generasi muda, untuk mendukung gerakan sosial atau bahkan menciptakan gerakan sosial baru melalui  ide yang sederhana.
Lalu rangkaian acara selanjutnya adalah writing competition. Tujuan writing competition ini adalah untuk menggugah opini para generasi muda Indonesia tentang kehadiran new media dan konsekuensi sosialnya di kehidupan sehari-hari. Tema besar dari writing competition ini adalah “New media dan generasi muda Indonesia”, dan ada 3 pilihan topik, yaitu responsible netizen, sosial media dan generasi muda, serta new media untuk aksi sosial. Writing competition ini dilaksanakan selama sebulan, mulai tanggal 15 September 2011 hingga 15 Oktober 2011.
SUSI for Student Leaders on New Media in Journalism 2011 yang diadakan di Ball State University merupakan sebuah program beasiswa yang ditawarkan oleh pemerintahan Amerika Serikat kepada 20 orang pemuda terpilih dari berbagai penjuru Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Tentunya tema pada tahun 2011 adalah mengenai new media dan jurnalisme. Program ini diselenggarakan selama kutang lebih 1 bulan lamanya.
Program ini terdiri dari kuliah, workshop, kunjungan lapangan dan aktivitas kebudayaan, dan waktu luang untuk menjelajahi lingkungan sekitar. Dalam perkuliahan di Ball State University, akan diberikan materi mengenai jurnalisme di Amerika Serikat dan perkembangan new media di sana, teknik menulis dan meliput, media sosial, kepemimpinan, dan sejarah Amerika serta politik luar negerinya. Untuk kunjungan lapangan, peserta mengunjungi beberapa kantor surat kabar dan kantor berita ternama di Amerika Serikat, salah satunya adalah Voice of America (VoA). Peserta juga melakukan kunjungan ke beberapa tempat bersejarah di Amerika Serikat dan diberikan kesempatan belajar mengenai kehidupan di Amerika Serikat. Selain itu, peserta juga melakukan kunjungan ke kantor pemerintahan Amerika Serikat nutuk mempelajari mengenai sejarah Amerika Serikat dan gambaran politik luar negerinya.
Tujuan utama dari program SUSI ini adalah untuk meningkatkan kemampuan leadership dari para peserta. Segala biaya selama kegiatan ini berlangsung, baik biaya akomodasi, biaya makan, biaya transportasi, dll. seluruhnya ditanggung oleh pemerintah Amerika Serikat. Akomodasi dan transportasi selama di tempat kegiatan pun telah disediakan oleh pemerintah Amerika Serikat.
Kedua program tersebut merupakan program yang sangat menarik yang ditawarkan oleh pemerintah Amerika Serikat melalui badan pemerintahannya masing-masing. Keduanya bertujuan untuk memperkenalkan new media kepada pesertanya, hubungannya dengan agenda politik dan sosial di Amerika Serikat, dampaknya pada kehidupan manusia sehari-hari, serta manfaat yang bisa diberikan dengan penggunaan new media sebagai alat untuk mempromosikan sesuatu, baik promosi kebudayaan, promosi aksi-aksi sosial, maupun promosi yang berhubungan dengan kenegaraan (bersifat resmi). Jadi, peran new media di sini dalam mempromosikan budaya, politik, dan sosial Amerika Serikat sangat terasa dan cukup signifikan hasilnya dalam menyebarkan informasi mengenai negara Amerika Serikat itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar