Istilah media
baru (new media) muncul pada akhir
abad ke-20. Media baru (new media) adalah
suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan peleburan media tradisional, seperti
film, gambar, musik, lisan dan tertulis kata, dengan kekuatan interaktif dari
komputer dan teknologi komunikasi. Perangkat pendukung yang paling penting
dalam new media adalah jaringan internet.
New media memungkinkan kita untuk mengakses
konten apapun, kapan saja, di mana saja, dan dari perangkat digital apapun. Bahkan
melalui new media kita bisa mengetahui
berbagai berita terbaru dari negara-negara lainnya di dunia hanya dalam
hitungan detik.
Produk dari new media antara lain adalah Facebook, Twitter, Blog, YouTube, Yahoo!, Android, dan Blackberry
Messanger (BBM). Facebook
merupakan salah satu produk new media yang
paling populer di kalangan masyarakat. Facebook
merupakan sebuah jejaring sosial yang diciptakan oleh Mark Zuckerberg. Mark
Zuckerberg mungkin tidak pernah menyangka bahwa Facebook yang ia
ciptakan pada akhir tahun 2003 akan mengubah keadaan hubungan sosial
manusia secara total. Ia menciptakan Facebook
pada awalnya hanya karena ia merasa jenuh dengan lingkungan sekitarnya. Ia merupakan
seorang mahasiswa di Universitas Harvard, Amerika Serikat yang anti-sosial,
jarang bergaul dengan banyak orang, dan lebih sibuk menghabiskan waktu
berjam-jam di depan komputernya. Sifat egosentrisme yang dimilikinya ini bahkan
membuat sang pacar meninggalkannya.
Kegalauannya itu ternyata ia
terjemahkan dengan cara yang luar biasa. Dampaknya pun tidak main-main, bukan
hanya di kampusnya tetapi menyebar ke seluruh dunia. Facebook menjadi
pondasi perubahan besar-besaran dalam hubungan antar manusia. Tidak hanya itu, Facebook
dan media sosial lainnya seperti Twitter, blog, media online interaktif
kemudian menjelma menjadi sebuah alat yang menginisiasi berbagai perubahan
sosial politik di dunia. Sekadar mengambil contoh berbagai revolusi yang
digalang media sosial; Orange revolution tahun 2004 di Ukraina, Revolusi
Moldova 2009, Pergolakan pasca pemilu di Iran 2010, sampai revolusi di Mesir
dan beberapa negara di Timur Tengah 2011.
Selain menginisiasi berbagai perubahan
sosial politik, sosial media juga berperan dalam transformasi kebudayaan.
Contoh konkretnya adalah yang dilakukan oleh John Lennon. John Lennon adalah seorang
musisi ternama, penulis, sekaligus aktivis perdamaian asal Inggris, namun ia
menghembuskan nafas terakhirnya di kota New York, Amerika Serikat. Anggota
sekaligus pendiri grup band The Beatles ini, mulai memberikan
pengaruh mengenai perdamaian dan aksi-aksi sosial ketika ia mulai bersolo
karier. Salah satu kasus yang membuat John Lennon tergugah untuk berpartisipasi
dalam membuat perubahan melalui media sosial adalah kasus konflik perang
Vietnam. Dalam kasus tersebut, John Lennon turut campur dan ikut merubah dunia. Semuanya dilakukan melalui media sosial.
Dalam karya lagu-lagunya, seperti “give peace a chance”, “power to the people”, John Lennon
mengungkap tentang kebebasan dan perdamaian. Begitu besar peran seorang John Lennon
dalam penyebaran nilai-nilai perdamaian. Hanya dengan menggunakan media seni
dan media tulis, ia dapat mempengaruhi banyak orang dan ikut mengubah keadaan
dunia. Ia mencetuskan aksi yang bernama “Bed-In
for Peace” di Hilton Hotel Amsterdam, yaitu memprotes perang dengan cara
berdiam di atas kasur bersama istrinya selama tujuh hari. Dia mengatakan bahwa
baginya lebih baik berdiam di kasur daripada ia harus ikut perang. Media kemudian
menyorot aksinya ini dan secara otomatis aksi ini memberikan pengaruh kepada
khalayak mengenai perdamaian. Menurut John Lennon dan istrinya, Yoko Ono, “Bed-In” ini cara terbaik untuk memprotes
kekerasan dan memperoleh perdamaian. Mereka kemudian melanjutkan aksi “Bed-In” di Montreal Hotel, Kanada.
John Lennon berhasil menyampaikan aspirasinya
sekaligus mempengaruhi masyarakat melalui media seni, yaitu lagu. Melalui lagu
“give peace a chance”, John Lennon
mengungkapkan tentang bagaimana memberikan kesempatan pada perdamaian. Lagu itu
turut memberikan kontribusi bagi lahirnya gerakan anti perang nasional. Ribuan
orang berdemo pada Richard Nixon dengan menggunakan lagu itu, mengangkat
tangannya, dan kemudian lagu tersebut menjadi lagu nasional untuk gerakan anti
perang.
New media sangat diperlukan dalam membantu pelaksanaan aksi-aksi
sosial di masa kini karena belum maksimalnya penggunaan media-media konvensional
untuk tujuan menjalankan aksi sosial. Indonesia tentu membutuhkan tokoh seperti
John Lennon yang memberdayakan new media (dalam
hal ini media sosial) untuk melakukan pergerakan sosial yang berdampak pada
terjadinya perubahan di sektor tertentu.
Media seni dan media
internet seharusnya memiliki hubungan yang erat. Media seni merupakan media
yang paling instan, terutama melalui syair lagu. Dalam hal ini, tokoh idola sangat
berperan dalam menciptakan tema lagu yang bisa menggugah masyarakat menuju
gerakan perubahan. Contohnya lagu mengenai cinta, perdamaian, kasih sayang,
persahabatan, dll. Ketika para idola menyanyikan sebuah lagu mengenai suatu
tema tertentu, maka secara tidak langsung akan merangsang alam bawah sadar
orang-orang yang mendengarkannya, meskipun mereka tidak sengaja mendengarkan
lagu tersebut. Inilah yang kemudian menyebabkan penyebaran nilai melalui lagu
sebagai media seni jauh lebih cepat dampaknya dibandingkan dengan
menyampaikannya melalui media cetak.
Internet sangat diperlukan
pemberdayaannya untuk mencakup seni atau budaya ke dalamnya. Disinilah akan terlihat
adanya hubungan antara media seni dengan media internet. Kedua media tersebut
harus diberdayakan, sebab pada masa sekarang media seni kurang diperhatikan
fungsinya secara baik oleh masyarakat. Padahal nilai-nilai tertentu dapat
dengan mudah ditanamkan, dan aksi-aksi sosial akan dengan mudah disosialisasikan
melalui karya-karya seni yang dapat secara mudah diterima oleh masyarakat. Kesinambungan
antara media seni dan media internet akan menjadi suatu reinkarnasi bagi
karya-karya seni, untuk bangkit kembali dalam menjalankan fungsi-fungsinya,
baik fungsi-fungsi sosial maupun fungsi-fungsi di bidang lainnya.
Dalam kaitannya
dengan negara Amerika Serikat, new media juga
berperan dalam mempromosikan dan menyebarkan kebudayaan yang dimiliki oleh
Amerika Serikat kepada negara-negara lain di dunia. Contohnya adalah
didirikannya pusat kebudayaan Amerika di Indonesia yang diberi nama @America yang berada di bawah naungan
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia (Embassy of The United States of America in Indonesia). @America
menyebarkan informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang akan diselenggarakannya
melalui berbagai media sosial, seperti facebook,
twitter, dan blog. Selain
kegiatan-kegiatan menarik yang diadakan dengan tema berbeda setiap harinya, di
@America kita juga bisa menggali banyak informasi mengenai negara tersebut.
Selain itu, ada
beberapa acara menarik yang pernah dibuat oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat
di Indonesia, khususnya bagian hubungan masyarakat (The Public Affairs Section) yang terkait dengan new media. Acara tersebut antara lain
adalah Indonesia Young Netizen Day (IYND)
2011 yang diselenggarakan di @America, dan beasiswa Study of The United States Institute (SUSI) for Student Leaders on New Media in Journalism pada tahun 2011 yang
diselenggarakan di Ball Sate University.
Kedua acara ini memberikan pengaruh yang besar, terutama kepada anak muda,
untuk terlibat secara aktif dalam pemberdayaan new media demi menyikapi perkembangan dunia yang semakin
mengglobal.
Indonesia
Young Netizen Day
(IYND) 2011 merupakan sebuah kegiatan yang diadakan oleh para
alumni SUSI for Student Leaders on New
Media in Journalism 2011. IYND 2011 terdiri dari dua rangkaian acara, yaitu
kegiatan seminar dan writing competition.
Rangkaian acara yang pertama yaitu seminar yang diadakan pada tanggal 1 Oktober
2011. Kegiatan seminar selama satu hari ini membahas tentang perkembangan media
baru dan kaitannya dengan peranan pemuda di Indonesia. Sebanyak 100
pemuda dari wilayah Jabodetabek dan Bandung berpartisipasi dalam kegiatan ini,
dan saya merupakan salah satu peserta terpilih yang termasuk di dalamnya. Tema
acara ini adalah "The Use of Social
Media Tools to Promote Social Change". Melalui tema ini, IYND akan
mengajak pemuda Indonesia pada khususnya untuk menjadi warga pengguna internet
yang bertanggungjawab (responsible
netizen) dan memulai pemanfaatan sosial media sebagai alat perubahan sosial
di Indonesia.
Seminar ini terbagi menjadi dua
sesi. Sesi pertama bertemakan “How to be
a responsible netizen”. Sesi ini diisi oleh Wisnu Martha Adiputra dan Enda
Nasution. Dalam sesi ini, diberikan penjelasan tentang new media dan konsekuensi sosial yang
dimilikinya dan hubungannya dengan "hak dan kewajiban" yang harus
disadari para penggunanya. Pembahasan dalam sesi ini dikemas melalui
contoh-contoh kasus pelanggaran UU ITE (Informasi dan Transfer Elektronik), dan
digital literacy. Kemudia, dalam sesi ini juga peserta diberikan
pengetahuan tentang fakta dan kondisi sosial media di Indonesia pasca munculnya
New Media. Peserta dibekali dengan pengetahuan
tentang etika bersosial media, sehingga bisa diimplementasikan dalam kehidupan
sosial media peserta sehari-hari.
Sesi kedua bertemakan “How to use
social media tools to promote social change”. Sesi ini diisi oleh Iman
Usman dan pihak Bantu Indonesia. Masing-masing speaker membagikan pengalaman
tentang bagaimana cara mereka memanfaatkan sosial media dalam mendukung gerakan
sosial mereka. Hal ini kemudian diharapkan dapat memotivasi peserta yang
merupakan generasi muda, untuk mendukung gerakan sosial atau bahkan menciptakan
gerakan sosial baru melalui ide yang sederhana.
Lalu rangkaian
acara selanjutnya adalah writing
competition. Tujuan writing
competition ini adalah untuk menggugah opini para generasi muda Indonesia tentang
kehadiran new media dan konsekuensi sosialnya di kehidupan sehari-hari.
Tema besar dari writing competition ini
adalah “New media dan generasi muda
Indonesia”, dan ada 3 pilihan topik, yaitu responsible
netizen, sosial media dan generasi muda, serta new media untuk aksi sosial. Writing competition
ini
dilaksanakan selama sebulan, mulai tanggal 15 September 2011 hingga 15 Oktober
2011.
SUSI for Student Leaders on New
Media in Journalism 2011 yang diadakan di Ball State University merupakan sebuah program beasiswa yang
ditawarkan oleh pemerintahan Amerika Serikat kepada 20 orang pemuda terpilih
dari berbagai penjuru Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Tentunya tema pada
tahun 2011 adalah mengenai new media dan
jurnalisme. Program ini diselenggarakan selama kutang lebih 1 bulan lamanya.
Program ini terdiri dari kuliah, workshop, kunjungan lapangan dan
aktivitas kebudayaan, dan waktu luang untuk menjelajahi lingkungan sekitar.
Dalam perkuliahan di Ball State
University, akan diberikan materi mengenai jurnalisme di Amerika Serikat
dan perkembangan new media di sana,
teknik menulis dan meliput, media sosial, kepemimpinan, dan sejarah Amerika
serta politik luar negerinya. Untuk kunjungan lapangan, peserta mengunjungi
beberapa kantor surat kabar dan kantor berita ternama di Amerika Serikat, salah
satunya adalah Voice of America (VoA).
Peserta juga melakukan kunjungan ke beberapa tempat bersejarah di Amerika
Serikat dan diberikan kesempatan belajar mengenai kehidupan di Amerika Serikat.
Selain itu, peserta juga melakukan kunjungan ke kantor pemerintahan Amerika
Serikat nutuk mempelajari mengenai sejarah Amerika Serikat dan gambaran politik
luar negerinya.
Tujuan utama dari program SUSI ini adalah untuk meningkatkan kemampuan leadership dari para peserta. Segala
biaya selama kegiatan ini berlangsung, baik biaya akomodasi, biaya makan, biaya
transportasi, dll. seluruhnya ditanggung oleh pemerintah Amerika Serikat.
Akomodasi dan transportasi selama di tempat kegiatan pun telah disediakan oleh
pemerintah Amerika Serikat.
Kedua program
tersebut merupakan program yang sangat menarik yang ditawarkan oleh pemerintah
Amerika Serikat melalui badan pemerintahannya masing-masing. Keduanya bertujuan
untuk memperkenalkan new media kepada
pesertanya, hubungannya dengan agenda politik dan sosial di Amerika Serikat,
dampaknya pada kehidupan manusia sehari-hari, serta manfaat yang bisa diberikan
dengan penggunaan new media sebagai
alat untuk mempromosikan sesuatu, baik promosi kebudayaan, promosi aksi-aksi
sosial, maupun promosi yang berhubungan dengan kenegaraan (bersifat resmi).
Jadi, peran new media di sini dalam
mempromosikan budaya, politik, dan sosial Amerika Serikat sangat terasa dan
cukup signifikan hasilnya dalam menyebarkan informasi mengenai negara Amerika
Serikat itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar